Kamis, 04 Maret 2010

Banyak Berkeringat Tanda Tak Sehat

Berkeringat baik-baik saja, tapi kalau sudah berlebihan itu bisa menjadi satu pertanda ada sesuatu yang salah pada tubuh Anda!
Jika ingin tahu apakah keringat yang keluar dari tubuh Anda berlebihan atau tidak, temuilah Silke Runnebaum (36). Tapi jangan cari di rumah sakit Indonesia, karena ia bertugas di RS Universitas Hamburg, Eppendorf, Jerman. Begitu ada pasien datang kepadanya, dermatolog ini akan melakukan ritual rutinnya.
Pertama, mengambil kertas filter kopi yang bisa dijumpai di supermaket dan menimbangnya. Selanjutnya, kertas selebar piring kecil ini diselipkan di ketiak pasien. Setelah 60 detik, kertas filter diambil lagi dan ditimbang. Selisih berat akhir dan awal kertas menunjukkan jumlah keringat yang dikeluarkan tubuh.
Sekedar contoh, berat awal kertas filter kopi misalnya 450mg. Setelah diselipkan diketiak pasien, sebut saja Alexandria, berat kertas filter kopi menjadi 515 mg. Itu artinya dalam semenit si pasien mengeluarkan cairan seberat 65mg. Jumlah ini memang melebihi batas.
Batas angka normal untuk orang dewasa adalah 20 mg. Lebih dari itu dokter sudah bisa berkesimpulan yang bersangkutan mengalami gangguan keringat yang bisa mengarah pada kepada munculnya penyakit, seperti halnya Alexandria. Ia mengalami kasus hyperdrose berat, kata Runnebaum. Tapi mudah-mudahan bisa ditolong.
Dua Liter per Jam
Dari contoh kasus itu sebenarnya kita bisa mengetahui bahwa hyperdrose merupakan gangguan kesehatan berupa produksi keringat yang berlebihan. Hyperdrose merupakan gabungan dari kata Yunani hidros yang artinya air dan hyper yang berarti terlalu banyak.
Sebenarnya apa penyebab munculnya keringat? Pada tubuh manusia terdapat lebih dari dua juta kelenjar yang disebut ekkrin. Kelenjar-kelenjar itu bercokol dibagian antara dibawah epidermis (kulit ari) sampai di hipodermis tubuh manusia (lapisan sel yang khas, terdapat di bawah epidermis). Kelenjar ini banyak terdapat di kaki dan tangan. Ia berfungsi pada setiap orang sejak
lahir. Jumlahnya kira-kira 400 kelenjar per cm2
. Sebaliknya di bagian punggung atau pantat
hanya berjumlah 55.
Kelenjar itu secara permanen mengeluarkan cairan bening yang disebut keringat, yang terdiri dari
99 persen air dan elektrolit seperti garam dapur. Keringat dari kelenjar ekkrin tidak berbau. Dalam
kondisi ekstrem orang dewasa bisa mengeluarkan keringat sampai 2 lt per jam. Sedangkan
dalam kondisi normal seseorang hanya mengeluarkan keringat sampai sekitar 1,5 lt per hari.
Sementara itu, selama masa pubertas, kerja kelenjar yang disebut aprokin juga meningkat di
bagian ketiak dan kelamin. Kelenjar ini tidak hanya mengeluarkan air, tapi juga sekitar 250 jenis
bahan berbeda lainnya. Bila kelenjar aprokin mengeluarkan keringat, biasanya akan muncul bau
yang tidak enak. Penyebabnya aktivitas bakteri.
Kedua organ tubuh tersebut menjadi tempat ideal bagi tumbuh kembangnya bakteri. Pencukuran
secara teratur akan membantu mengurangi bau. Juga pencucian dengan sabun atau cairan anti
hama. Bahan yang dikandungnya akan meredam pertumbuhan mikroba. Masalahnya, ada
sebagian orang yang peka terhadap bahan kimia pembentuk sabun atau cairan anti hama.
Sesungguhnya keringat merupakan mekanisme tubuh dalam menjaga kelangsungan hidup.
Akibat proses metabolisme, tubuh menghasilkan panas yang harus diredam supaya tubuh tidak
kepanasan. Bagaimana caranya? Ketika terjadi perubahan suhu ditubuh, reseptor tubuh di kulit
ari akan melaporkan hal itu ke otak. Otak langsung bereaksi dengan mengatur peredaran darah agar panasnya merata keseluruh tubuh.
Bila upaya ini tidak berhasil, kelenjar keringat memainkan peranannya. Kelenjar itu akan
mengeluarkan keringat melalui kulit. Cairan inilah yang akan melembabkan dan mendinginkan
kulit.
Bikin Tak Pede
Volume keringat yang dikeluarkan tentu ada batasnya. Kalau berlebihan pasti ada yang tidak
beres di tubuh. Ada beberapa penyakit serius yang bisa saja tersembunyi dibalik derasnya aliran
keringat. Misalnya gangguan kelenjar gondok, diabetes, hipertensi, atau bahkan tumor.
Yang jelas, suhu tubuh orang yang terus-menerus berkeringat sering drop. Hal ini menyebabkan
orang itu rentan kena penyakit flu. Kehilangan cairan tubuh yang sangat banyak menambah
lemahnya tubuh. Meski hyperdrose tidak terlalu berbahaya, penderita merasa sangat terganggu.
"Orang jadi merasa tidak percaya diri, menghindar dari kerumunan karena merasa malu. Dari situ
bisa saja berkembang menjadi fobia sosial."
Bila tidak menemukan penyebab organik, dermatolog akan mengarahkan pada kemungkinan
adanya masalah psikis yang bersembunyi di balik itu. "Orang yang berada di bawah tekanan,
merasa dituntut terlalu banyak, atau ketakutan akan berkeringat lebih banyak ketimbang yang
lain, terutama karena ada gangguan di kelenjar aprokin mereka," kata Silke Runnerbaum.
"Karena itu, keringat yang dipicu oleh rasa takut secara kimiawi sedikit berbeda dari keringat
normal. Baunya pun beda."
Dalam pengeluaran keringat, sistem saraf vegetatif yang dikenal dengan sebutan sympathicus
ikut berperan. Sistem syaraf ini antara lain mengendalikan fungsi-fungsi kelenjar lain didalam
tubuh manusia. Zat-zat perantara memberikan sinyal pada kelenjar keringat melalui sympathicus.
Penderita yang mengalami hyperdrose akibat tekanan psikis bisa mengurangi keringat dengan
menekan sistem syaraf vegetatif ini. Cuma cara ini relaif sulit.
Tapi tak usah khawatir, saat ini ada sejumlah terapi yang bisa digunakan utuk mengatasi
masalah ini. Dari terapi dengan gel aluminium klorida yang mampu mengeluarkan keringat
melalui obat-obatan khusus untuk mencuci tangan dan kaki, sampai obat-obat semprot dengan
racun syaraf botulinum. Beberapa orang bahkan bersedia melakukan operasi pengangkatan
sejumlah kelenjar atau pemisahan berbagai jenis syaraf.
Bila tak mau repot-repot dengan upaya tadi, Silke Runnebaum memberi saran sederhana untuk
diperhatikan. "Pilihlah baju-baju longgar dan nyaman dari bahan katun atau berserat jarang.
Hindari makanan-makanan pedas, minum kopi dan teh hitam, yang bisa memicu keluarnya
banyak keringat."

0 komentar:

Posting Komentar